Thursday, January 31, 2013

Mata Hari: Tentang Kecantikan yang Membunuh


image




PEREMPUAN ini komplit; cantik, seksi, gemulai dan menggoda. Dia juga cerdas. Sayangnya dia menjual diri dan jiwanya. 


Perempuan ini adalah Margaretha Geertruida (baca: Grietje) Zell. 


Wednesday, January 30, 2013

Menulis untuk Keabadian


“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”



PROLOG di atas adalah cara Pramoedya Ananta Toer menyampaikan pesan tentang begitu mulianya aktivitas menulis –melalui tokoh Minke dalam buku Rumah Kaca, episode terakhir tetralogi Pulau Buru.


Monday, January 28, 2013

Membaca (Mengenang Mas HM dalam Tulisan)

SAYA selalu ingat masa-masa indah itu. Ketika masih berstatus wartawan magang, saya sering kena semprot redaktur yang biasa saya panggil “Mas” –kendati jika melihat jarak usia kami beliau lebih pantas saya panggil “Pak”. 


Hardikan penguasa halaman surat kabar itu terlontar karena alasan yang wajar. Saya malah sangat berterimakasih sudah dibegitukan. 


"Malaikat Jurnalisme" Itu Adalah Claude Angeli



HANYA sedikit yang saya tahu tentang sosok ini. Tapi, dari sedikit referensi yang saya kumpulkan dengan cara menjahit beberapa sumber yang berserakan itu, saya langsung memutuskan kalau seharusnya jurnalis itu seperti dia. 


Karakter seperti inilah yang selalu ingin saya duplikasi sejak saya mulai memutuskan untuk menjadi seorang wartawan. Jurnalis yang bekerja dalam “jurnalisme bebas ongkos balas budi terhadap kapital” dan tak akan membuat sebuah repotase menjadi canggung. Dia adalah seorang pria tua 79 tahun yang hidup di Prancis. Namanya Claude Angeli.


"Kita" Bukan "Kami"

SAYA bukan ahli bahasa. Tapi, dengan intuisi dan logika yang sederhana, saya merasa ada yang sedikit janggal dengan pemilihan kata ganti yang seringkali itu dikutipkan di berbagai media, baik cetak, online, bahkan televisi. 


Kata ganti itu adalah “kami” dan “kita”.


Saturday, January 26, 2013

Sebuah Proses

Bakat terbentuk dalam gelombang kesunyian, watak terbentuk dalam riak besar kehidupan. —Johann Wolfgang von Goethe—

Johann Wolfgang von Goethe

Friday, January 25, 2013

Pria dan Cinta yang Lewat

Tentang satu kisah pada sebuah waktu di tahun 1997. 




image




TAK terhitung berapa lama Pria itu membiarkan hatinya tak berpenghuni. Sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri terkenal di Surabaya, dia terlalu menghayati perannya sebagai pribadi yang harus belajar. Dia terlalu sibuk menjejali otaknya dengan referensi keilmuan. Dan untuk bidang satu itu, dia boleh bangga. Dia unggul.  Kawan-kawan dan dosen menyebutnya cerdas.


Tapi, sebagai manusia lengkap, yang juga punya afeksi di samping kognisinya yang mumpuni, pria itu bersikap tidak adil. Entah disengaja atau tidak, dia lebih memanjakan kemampuannya bernalar dan mengabaikan kebutuhannya untuk merasa. Hatinya dibiarkan terbengkalai. 


Hingga waktu menyadarkannya dengan sebuah sentilan dalam gulirnya.


Mahmud Tetap Milik Zul


“Mahmud pantang mengingkari janji dengan menikahi perempuan lain.”





Monday, January 21, 2013

Kereta Pukul 3 Sore dari Jakarta



“Aku datang dengan kereta. Masuk stasiun kota jam 3 sore. Paling-paling terlambat sejam. Aku berhasil Dik. Bapakmu tak akan lagi menolak aku. Tunggu aku.


Tarno.”




 


SELAMA 40 tahun Stasiun Kota kecil bernama M itu merekam rapi sebuah cerita tentang hati yang tak pernah mengeluh dalam mempercayai harapan dan memeliharanya dengan telaten. Cerita tentang cinta yang ditukar tempe.


Kisah tentang sebuah kesediaan menunggu yang tak pernah padam.


 



image        

Saturday, January 19, 2013

Romantika Lawu: Kali Ini


AH, betapa aku semakin mahfum kenapa gunung, yang dipercayai sebagian besar masyarakat tradisional sebagai pusarnya Pulau Jawa ini, selalu menarik dicumbui. Stok kedamaiannya tak habis-habis, kendati suasana perkotaan peralahan-lahan mulai menggerus kebersahajaan tradisionalnya.



image




Tuesday, January 8, 2013

Real Man

Women and children can afford to be careless, but not men

Don Vitto Corleone - The Godfather

Mukena Perempuan Malam




“Aku tak tahu, apakah yang aku lakukan sekarang dosa atau bukan. Yang pasti aku percaya Tuhan punya cara sendiri ketika memutuskan apakah seseorang harus masuk surga atau neraka. Tuhan Maha Adil.” –Yoen, seorang wanita panggilan—


image





Sunday, January 6, 2013

One Day

Sometimes, when love dies, some lyrics were born…


NoName

Wednesday, January 2, 2013

Layang-layang


image



KETIKA pertama kali kata ”politik” mampir di telinga kecilku, rasa ingin tahu mendorongku untuk bertanya pada Bapak –yang sedang sibuk membereskan berkas salah satu partai oposisi di era Orde Baru yang beliau ikut merawatnya; ”Politik itu apa sih, Pak?”


Beliau hentikan sejenak beres-beres berkas. Lalu Bapak tampak berfikir. Mungkin mencoba mencari analogi jawaban yang pas, yang bisa diterima otak 7 tahunku. Dan Beliau menjawab; ”Politik itu bermain layang-layang.” 


Salah Kaprah Menempatkan Imam

imageINI adalah catatan kecil lama, yang saya modifikasi ulang sesuai situasi kekinian. Ini adalah cerita tentang mindset keagamaan sekarang, yang kalau boleh saya beropini, benar-benar mbeleset. 


Umat modern, yang mengaku percaya Tuhan sebagai pemilik dan pengendali seluruh isi semesta alam ini, terkesan malah sama sekali tak punya takut pada Dzat serba-Maha itu. Umat lebih lebih takut pada imam, se-mbeleset apapun ajarannya. Padahal, jelas-jelas seorang imam itu nggak ada apa-apanya dibanding Tuhan. Lha wong imam itu kan juga manusia, ciptaan Tuhan.


Ini catatan kecil tentang ke-taktakut-an umat pada Tuhan, lebih tunduk pada titah imam dan mengesampingkan firman Tuhan. Daripada nantinya cerita ini jadi fitnah yang terkesan menjelek-jelekkan orang lain, saya contohkan pengalaman diri saya sediri saja.